Menu Close

20 Waralaba Ayam Paling Inovatif dan Bertumbuh Pesat di Asia Tenggara (2022-2025)

20 Waralaba Ayam Paling Inovatif dan Bertumbuh Pesat di Asia Tenggara

Tentu, sebagai seorang penulis yang telah bertahun-tahun mengamati dan mendokumentasikan lanskap kuliner, saya akan menyusun daftar komprehensif mengenai 20 waralaba ayam paling inovatif dengan pertumbuhan tertinggi di Asia Tenggara selama tiga tahun terakhir.

Baca juga

Lanskap Franchise F&B Indonesia: Panduan Komprehensif untuk Investor dan Pengusaha

Mau Bisnis Franchise Ayam ? Perhatikan Bedanya Franchise dan Kemitraan

Pasar ini sangat dinamis, didorong oleh perpaduan antara kekuatan budaya seperti Gelombang Korea (Hallyu), revolusi teknologi melalui cloud kitchen, dan adaptasi cerdas terhadap selera lokal. Merek-merek berikut ini tidak hanya menjual ayam goreng; mereka menjual pengalaman, inovasi, dan relevansi budaya yang berhasil merebut hati konsumen di seluruh kawasan.

Franchise Ayam Kategori: Raksasa Regional & Global

1. Jollibee (Filipina)

Jollibee telah menunjukkan pertumbuhan yang fenomenal, mencatatkan peningkatan penjualan systemwide sebesar 27,8% di Asia Tenggara (di luar Filipina) pada kuartal pertama 2025. Pertumbuhan ini adalah bagian dari strategi lima tahun yang ambisius untuk melipatgandakan bisnisnya, dengan ekspansi agresif yang mencakup pembukaan gerai ke-200 di Vietnam pada tahun 2024. Keberhasilan Jollibee di panggung global didorong oleh kemampuannya untuk menjadi merek yang dicintai secara lokal di setiap pasar yang dimasukinya; di Vietnam dan Brunei, hampir semua pelanggannya adalah penduduk lokal, bukan diaspora Filipina.

Menu andalan globalnya adalah Chickenjoy, ayam goreng renyah yang telah memenangkan berbagai penghargaan internasional. Namun, inovasi sejati Jollibee terletak pada strategi hiper-lokalisasi menunya. Mereka tidak ragu untuk memperkenalkan produk yang dirancang khusus untuk selera lokal, seperti Chili Chicken di Vietnam dan Spicy Spaghetti di Malaysia, yang keduanya diterima dengan sangat baik.

Inovasi terbesar Jollibee adalah pada strategi mereknya yang cerdas. Mereka berhasil memanfaatkan warisan Filipina sebagai kebanggaan (gastronationalism) sambil secara bersamaan memposisikan diri sebagai merek “milik sendiri” di setiap negara. Dengan menstandarkan produk inti (Chickenjoy) dan melokalkan menu pendukung, Jollibee menciptakan formula kemenangan yang sulit ditiru, menggabungkan kekuatan merek global dengan kepekaan budaya yang mendalam.

2. Marrybrown (Malaysia)

Sebagai jaringan QSR halal terbesar dari Malaysia, Marrybrown telah bertransformasi menjadi kekuatan global dengan lebih dari 500 gerai di 16 negara. Pertumbuhannya didukung oleh strategi ekspansi yang kuat, termasuk rencana pembukaan lebih dari 40 gerai baru di Malaysia dan 10 gerai di Australia. Kemitraan strategis dengan lembaga keuangan seperti EXIM Bank Malaysia semakin mempercepat rencana pertumbuhan internasional mereka, membuktikan bahwa merek lokal dapat bersaing di panggung dunia.

Menu Marrybrown yang paling ikonik adalah perpaduan unik antara cita rasa Barat dan Malaysia. Selain MB Crispy Chicken yang menjadi favorit, inovasi mereka yang paling berani adalah hidangan seperti Nasi Marrybrown dan Nasi Lemak Burger edisi terbatas, yang secara langsung memasukkan hidangan nasional Malaysia ke dalam format makanan cepat saji. Inovasi ini menunjukkan pemahaman mendalam tentang identitas kuliner lokal.

Inovasi Marrybrown terletak pada kemampuannya menjadi duta kuliner Malaysia. Mereka tidak hanya menjual makanan, tetapi juga budaya. Dengan mempertahankan menu lokal yang otentik di gerai internasionalnya, Marrybrown berhasil menciptakan identitas merek yang kuat sebagai “pilihan rasa Malaysia”. Selain itu, mereka terus beradaptasi dengan tren modern seperti pengembangan format drive-thru dan kios pemesanan mandiri untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan.

3. Popeyes (Amerika Serikat/Global)

Popeyes sedang dalam misi ekspansi besar-besaran di Asia Tenggara, menandai kembalinya mereka dengan kekuatan penuh. Di Indonesia, mereka meluncurkan kembali mereknya pada akhir 2022 dengan rencana ambisius untuk membuka 300 gerai. Di Filipina, di mana Popeyes menjadi pasar terkemuka di dunia dalam hal transaksi, mereka menargetkan untuk menggandakan jumlah gerai dalam 18 bulan. Ekspansi ini didukung oleh operator regional yang kuat, menunjukkan komitmen serius untuk merebut pangsa pasar.

Menu andalan yang mendorong popularitas globalnya adalah ayam goreng gaya Louisiana yang khas, yang dimarinasi selama 12 jam dengan bumbu Cajun yang berani. Di Asia Tenggara, mereka mempertahankan menu inti ini sambil memperkenalkan beberapa produk yang terinspirasi dari selera lokal untuk beradaptasi dengan pasar.

Inovasi Popeyes di Asia Tenggara adalah membawa cita rasa otentik dan unik dari New Orleans ke pasar yang didominasi oleh ayam goreng gaya standar. Mereka tidak mencoba meniru rasa lokal, melainkan menawarkan diferensiasi yang jelas. Selain itu, mereka berinvestasi besar dalam digitalisasi, dengan rencana untuk menerapkan layar pemesanan digital, pemesanan seluler, dan layanan pengiriman yang mulus di seluruh gerai baru mereka untuk memenuhi ekspektasi konsumen modern.

4. Texas Chicken (Amerika Serikat/Global)

Texas Chicken juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan di Asia Tenggara, menjadikannya salah satu pasar pertumbuhan utama mereka. Pada tahun 2022, mereka mengumumkan rencana untuk membuka sekitar 100 restoran baru secara global, dengan Malaysia dan Thailand sebagai fokus utama di kawasan ini. Di Thailand, mereka menandatangani perjanjian ekspansi terbesar dalam sejarah merek tersebut untuk membuka 70 restoran baru, sementara di Malaysia, mereka terus menambah jumlah gerai yang sudah ada.

Menu favorit yang konsisten di seluruh dunia adalah Original and Spicy Chicken yang diolah dengan adonan ganda dan disajikan dengan Honey-Butter Biscuits yang dibuat dari awal. Inovasi kuliner mereka di kawasan ini mencakup pengenalan konsep Tex Café di Malaysia, yang menawarkan kopi gourmet dan makanan penutup di samping menu utama. Ini adalah langkah strategis untuk memperluas daya tarik mereka di luar jam makan utama.

Inovasi Texas Chicken terletak pada adaptasi format gerai dan penawaran menu tambahan. Peluncuran konsep Tex Café menunjukkan kemampuan mereka untuk berevolusi sesuai dengan gaya hidup konsumen lokal yang gemar bersosialisasi di kafe. Selain itu, kemitraan mereka dengan perusahaan besar seperti PTT di Thailand memungkinkan mereka untuk memanfaatkan infrastruktur yang ada untuk ekspansi yang lebih cepat dan efisien.

Franchise Ayam Kategori: Gelombang Korea (Korean Wave Champions)

5. BHC Chicken (Korea Selatan)

BHC Chicken telah menunjukkan salah satu ekspansi internasional tercepat yang didorong oleh kekuatan Gelombang Korea. Di Thailand, mereka berhasil membuka 11 gerai hanya dalam 11 bulan. Di Malaysia, mereka mencatatkan ekspansi gerai tercepat, dan di Singapura, mereka meraih pertumbuhan penjualan tercepat di antara merek-merek baru. Kesuksesan ini mendorong mereka untuk memasuki pasar terbesar di kawasan ini, Indonesia, dengan rencana pembukaan gerai pertama pada paruh pertama tahun 2025.

Inovasi produk BHC yang paling fenomenal adalah rasa khas mereka, “Bburinkle”. Ini adalah bumbu bubuk gurih yang terbuat dari campuran keju, bawang bombay, dan bawang putih yang ditaburkan melimpah di atas ayam goreng. Disajikan dengan saus cocol yogurt yang manis dan asam, Bburinkle menawarkan profil rasa yang unik dan membuat ketagihan, yang telah terjual lebih dari 100 juta porsi di seluruh dunia.

Strategi inovatif BHC adalah pertumbuhan yang dipimpin oleh produk (product-led growth). Mereka tidak mencoba menawarkan segalanya untuk semua orang; sebaliknya, mereka menaklukkan pasar dengan satu produk pahlawan yang sangat berbeda dan sulit ditiru. Bburinkle sendiri menjadi alat pemasaran viral, menarik konsumen yang sudah mengenalnya melalui K-drama dan media sosial. Dengan mengandalkan model Master Franchise, mereka dapat berekspansi dengan cepat sambil memastikan produk otentik mereka tetap menjadi pusat perhatian.

6. Moon Chicken by Hangry (Indonesia)

Moon Chicken, merek andalan dari startup kuliner Hangry, adalah contoh sempurna dari pertumbuhan yang didorong oleh teknologi dan tren. Sejak didirikan pada tahun 2019, Hangry telah berkembang menjadi lebih dari 80 gerai, dengan pendapatan yang meroket lebih dari 23 kali lipat dan penjualan mencapai lebih dari satu juta porsi per bulan. Didukung oleh pendanaan modal ventura sebesar $38 juta, pertumbuhan mereka lebih mirip perusahaan teknologi daripada restoran tradisional.

Menu Moon Chicken berpusat pada ayam goreng gaya Korea yang dirancang untuk pengiriman, dengan Korean Chicken Wings sebagai menu andalannya. Dua rasa paling favorit adalah Honey Garlaxy (manis madu dan gurih bawang putih) dan Big Bang (saus pedas manis). Rasa-rasa ini secara sempurna menangkap esensi dari apa yang dicari oleh penggemar K-Food di Indonesia.

Inovasi sejati Hangry adalah model bisnisnya: multi-merek berbasis cloud kitchen. Dari satu dapur pusat, mereka mengoperasikan beberapa merek virtual secara bersamaan, seperti Moon Chicken (Korea), San Gyu (Jepang), dan Ayam Koplo (Indonesia). Strategi ini memaksimalkan efisiensi operasional, memungkinkan penargetan segmen pelanggan yang beragam, dan memfasilitasi ekspansi yang cepat dan hemat biaya. Mereka menggunakan data penjualan untuk menguji dan meluncurkan konsep baru dengan cepat, menjadikan mereka sangat lincah dalam merespons tren pasar.

7. 4 Fingers Crispy Chicken (Singapura)

4Fingers adalah kisah sukses dari Singapura yang berhasil memanfaatkan tren ayam goreng Korea dan membawanya ke tingkat berikutnya. Dari satu gerai pada tahun 2014, mereka berkembang pesat menjadi lebih dari 110 gerai di seluruh Asia Tenggara, termasuk Malaysia dan Indonesia. Pertumbuhan pendapatan mereka sangat signifikan, melonjak dari $2 juta pada tahun 2013 menjadi $45 juta pada tahun 2018, menjadikannya merek ayam terbesar kedua di Singapura setelah KFC.

Menu andalan mereka adalah ayam goreng yang dilumuri saus khas secara manual (hand-brushed), dengan dua rasa utama: Soy Garlic dan Hot & Spicy. Inovasi mereka terletak pada komitmen terhadap kualitas bahan baku; mereka menggunakan saus yang difermentasi secara alami tanpa MSG tambahan dan menyajikan menu pendamping unik seperti Kimslaw (kimchi coleslaw).

Inovasi strategis 4Fingers adalah kemampuannya untuk “mengganggu” pasar yang didominasi oleh pemain besar. Mereka menargetkan konsumen muda yang bosan dengan merek-merek lama dan mencari sesuatu yang baru dan lebih baik. Dengan citra merek yang berani dan fokus pada bahan-bahan segar, mereka berhasil menciptakan identitas sebagai alternatif yang lebih premium dan otentik di pasar ayam goreng yang ramai.

8. Kyochon (Korea Selatan)

Sebagai salah satu pelopor ayam goreng Korea, Kyochon telah membangun kehadiran yang kuat di Asia Tenggara, terutama di Malaysia dengan 36 gerai, serta 83 gerai lainnya di Thailand, Taiwan, dan Indonesia. Meskipun menghadapi persaingan ketat di pasar domestik Korea, Kyochon mengandalkan pertumbuhan internasional untuk mengimbangi stagnasi di dalam negeri. Baru-baru ini, mereka mencatatkan peningkatan pendapatan konsolidasi sebesar 10,7% pada Q2, menunjukkan pemulihan dan pertumbuhan yang solid.

Menu Kyochon terkenal dengan saus intinya yang telah teruji oleh waktu, seperti Soy Garlic, Red Chili Pepper, dan Honey. Berbeda dengan pesaing yang terus meluncurkan produk baru, kekuatan Kyochon terletak pada konsistensi dan kualitas rasa klasiknya yang telah menjadi favorit banyak orang.

Inovasi Kyochon lebih berfokus pada operasional dan strategi pemasaran. Mereka secara aktif terlibat dalam pemasaran olahraga dan baru-baru ini menunjuk aktor populer sebagai duta merek untuk menarik kembali pelanggan. Secara strategis, mereka menggunakan model master franchise untuk berekspansi di Asia Tenggara, memungkinkan mereka untuk tumbuh sambil mengandalkan keahlian mitra lokal.

9. Chir Chir Fusion Chicken Factory (Korea Selatan)

Chir Chir telah berhasil berekspansi dari lebih dari 100 gerai di Korea Selatan ke pasar-pasar utama di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Nama mereka, yang berarti suara minyak mendesis saat ayam digoreng, mencerminkan fokus mereka pada pengalaman kuliner yang menyenangkan dan otentik. Mereka berhasil menangkap budaya chimaek (ayam dan bir) yang dipopulerkan oleh K-drama.

Menu favorit mereka menunjukkan komitmen pada “fusion” dan tren. Selain ayam goreng klasik, mereka terkenal dengan hidangan inovatif seperti Honey Butter Chicken dan Nest Snow, yaitu ayam empuk dalam saus krim yang disajikan dengan krim kocok di atasnya. Hidangan-hidangan ini sangat Instagrammable dan menarik bagi konsumen muda yang mencari pengalaman baru.

Inovasi Chir Chir terletak pada kreativitas menu mereka yang berani. Mereka tidak takut untuk memadukan ayam goreng dengan bahan-bahan tak terduga seperti krim kocok atau menyajikannya dalam format yang unik. Selain itu, mereka menciptakan suasana restoran yang menyenangkan dan interaktif, lengkap dengan alat makan khusus yang memungkinkan pelanggan menikmati ayam tanpa mengotori tangan, meningkatkan pengalaman bersantap secara keseluruhan.

10. Oven & Fried Chicken (OFC) (Korea Selatan)

OFC, yang telah beroperasi di Singapura sejak 2014, berhasil mempertahankan popularitasnya dan telah berkembang menjadi tiga gerai di lokasi-lokasi strategis. Keberhasilan mereka terletak pada penawaran unik yang membedakan mereka dari pesaing. Mereka berencana untuk terus berekspansi di Asia Tenggara dengan menyajikan ayam berkualitas tinggi.

Menu andalan mereka adalah Yangnyeom Chicken (ayam dengan saus manis-pedas) dan Crunch Original, yang merupakan ayam panggang tanpa minyak. Pilihan untuk menyajikan ayam yang dipanggang (lebih sehat) di samping ayam goreng tradisional adalah inovasi utama mereka.

Inovasi OFC adalah pada teknik memasaknya. Mereka menggunakan tepung beras untuk adonan ayam goreng mereka, sebuah resep yang dipatenkan di Korea, yang menghasilkan tekstur yang berbeda. Dengan menawarkan pilihan antara ayam goreng renyah dan ayam panggang yang lebih sehat, mereka berhasil menarik segmen pasar yang lebih luas, mulai dari pencari kenikmatan hingga konsumen yang sadar kesehatan.

11. Choo Choo Chicken (Korea Selatan)

Choo Choo Chicken telah mendapatkan reputasi sebagai salah satu tempat ayam goreng Korea terbaik di Singapura dan Malaysia, dengan 7 gerai di Malaysia. Mereka dikenal karena kualitas ayamnya yang empuk dan tidak terlalu kering, serta saus yang tidak terlalu pekat. Pertumbuhan mereka didorong oleh ulasan positif dari mulut ke mulut dan kehadiran yang kuat di lokasi-lokasi strategis seperti pusat perbelanjaan.

Menu favorit pelanggan sering kali adalah kombinasi rasa Soy dan Garlic. Namun, inovasi kuliner mereka terletak pada variasi menu yang luas. Mereka menawarkan hingga 8 rasa ayam yang berbeda, termasuk Honey Soy dan Creamy Garlic, serta hidangan unik seperti Spam Rice Burger dan Tuna Rice Burger, yang menggabungkan konsep burger dengan nasi ala Korea.

Inovasi Choo Choo Chicken adalah pada keragaman pilihan yang mereka tawarkan. Sementara banyak pesaing fokus pada beberapa rasa inti, Choo Choo memberikan kebebasan kepada pelanggan untuk bereksperimen dengan berbagai macam rasa. Pengenalan rice burger juga merupakan langkah cerdas untuk menarik pelanggan yang mencari sesuatu yang lebih mengenyangkan daripada sekadar ayam, menggabungkan tren burger dengan cita rasa Asia yang akrab.

Franchise Ayam Kategori: Inovator Niche & Street Food

12. Shihlin Taiwan Street Snacks (Singapura)

Shihlin telah memantapkan dirinya sebagai pemimpin global dalam kategori jajanan jalanan Taiwan, dengan lebih dari 240 gerai di seluruh dunia, termasuk kehadiran yang sangat kuat di mal-mal utama di Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Pertumbuhan mereka didorong oleh kemampuan untuk membawa pengalaman otentik pasar malam Taiwan ke dalam format QSR yang bersih dan modern.

Menu andalan mereka yang paling ikonik adalah XXL Crispy Chicken, potongan dada ayam besar dan tipis yang digoreng renyah dan dibumbui dengan bubuk rempah khas. Selain itu, Seafood Tempura dan Sweet Plum Potato Fries juga menjadi favorit banyak pelanggan.

Inovasi Shihlin terletak pada kemampuannya untuk mengubah jajanan jalanan menjadi merek premium yang dapat diskalakan. Mereka tidak hanya menjual produk, tetapi juga “rasa Taiwan”. Baru-baru ini, mereka juga mulai menjajaki inovasi teknologi dengan menandatangani nota kesepahaman untuk mengembangkan Fryer-bot, sebuah robot penggoreng otomatis, yang berpotensi merevolusi efisiensi dan konsistensi di seluruh gerai mereka.

13. Hot Star Large Fried Chicken (Taiwan)

Hot Star membangun seluruh model bisnisnya di sekitar satu produk yang sangat inovatif dan viral. Berasal dari pasar malam Shilin di Taipei, merek ini telah berekspansi ke berbagai negara di Asia Tenggara dengan menawarkan proposisi yang sangat unik. Pertumbuhan mereka didorong oleh sifat produk mereka yang sangat mudah dibagikan di media sosial, yang menciptakan pemasaran organik yang kuat.

Menu andalan mereka hanya satu: Large Fried Chicken, sepotong dada ayam yang dibelah tipis (butterfly) hingga berukuran lebih besar dari wajah, kemudian digoreng dengan adonan tepung ubi dan tapioka, dan dibumbui dengan garam dan lada. Ukurannya yang ekstrem adalah daya tarik utamanya.

Inovasi Hot Star adalah mengubah sebuah “gimik” menjadi model bisnis yang sukses. Dengan memfokuskan seluruh operasional mereka pada satu produk, mereka mencapai efisiensi yang luar biasa. Teknik membelah ayam hingga tipis tidak hanya menciptakan ukuran yang dramatis, tetapi juga memastikan ayam matang dengan cepat dan merata, menghasilkan tekstur yang sangat renyah. Ini adalah contoh sempurna dari inovasi yang berpusat pada produk yang sederhana namun sangat efektif.

Franchise Kategori: Pahlawan Lokal & Pendobrak Pasar

14. Sabana Fried Chicken (Indonesia)

Sabana adalah contoh fenomenal dari pertumbuhan akar rumput di Indonesia, dengan lebih dari 3.000 gerai yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra. Pertumbuhan eksplosif mereka didorong oleh model kemitraan yang sangat mudah diakses, dengan investasi awal yang rendah (sekitar Rp 23 juta) dan tidak ada biaya royalti. Model ini telah mendemokratisasi kepemilikan bisnis bagi ribuan pengusaha mikro.

Menu mereka sangat fokus dan efektif: ayam goreng tepung klasik yang lezat dengan harga yang sangat terjangkau. Keunggulan utama mereka adalah komitmen yang tak tergoyahkan pada kehalalan. Sabana membangun seluruh mereknya di atas jaminan bahwa ayam mereka disembelih sesuai syariat Islam dan disertifikasi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang merupakan faktor kepercayaan utama di pasar Indonesia.

Inovasi Sabana terletak pada model bisnisnya yang unik. Keuntungan tidak diambil dari royalti, melainkan dari penjualan wajib bahan baku inti (seperti tepung bumbu) kepada mitra. Sistem “jual putus” ini menciptakan hubungan simbiosis di mana kesuksesan pusat bergantung langsung pada volume penjualan mitra. Hal ini mendorong Sabana untuk memberikan dukungan dan pelatihan yang kuat, menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan dan sangat tangguh.

15. Rocket Chicken (Indonesia)

Rocket Chicken adalah salah satu waralaba lokal paling sukses di Indonesia, dengan lebih dari 1.030 gerai di seluruh negeri. Pertumbuhan pesat mereka didorong oleh strategi cerdas yang menargetkan kota-kota tingkat kedua dan ketiga yang sering diabaikan oleh merek-merek internasional besar. Dengan pendekatan ini, mereka berhasil membangun basis pelanggan yang sangat loyal di luar pusat-pusat metropolitan.

Menu mereka menawarkan variasi yang lebih luas daripada model kios, termasuk ayam goreng crispy, burger, dan paket nasi, yang disajikan dalam format restoran yang nyaman namun tetap terjangkau. Ini menempatkan mereka sebagai alternatif lokal yang kuat bagi raksasa global seperti KFC dan McDonald’s.

Inovasi Rocket Chicken adalah pada strategi penetrasi pasarnya. Dengan menghindari persaingan langsung di kota-kota besar yang sudah jenuh, mereka berhasil menciptakan “samudra biru” mereka sendiri di daerah-daerah. Model waralaba mereka, meskipun lebih mahal daripada model gerobak, masih jauh lebih terjangkau daripada waralaba internasional, menawarkan titik masuk yang menarik bagi pengusaha dengan modal menengah.

16. D’Kriuk Fried Chicken (Indonesia)

D’Kriuk adalah kisah sukses fenomenal lainnya dari model kemitraan gerobak di Indonesia. Didirikan pada tahun 2020, mereka telah berkembang menjadi lebih dari 1.400 gerai (beberapa sumber bahkan menyebut lebih dari 4.000) dalam waktu yang sangat singkat. Pertumbuhan hiperbolis ini menunjukkan kekuatan model bisnis mereka yang sangat mudah diskalakan.

Seperti Sabana, menu utama mereka adalah ayam goreng tepung yang renyah dan terjangkau. Mereka berhasil menarik pasar massal dengan menawarkan produk berkualitas dengan harga yang sangat kompetitif.

Inovasi D’Kriuk, mirip dengan Sabana, terletak pada model kemitraan “jual beli putus” tanpa biaya royalti. Semua keuntungan 100% menjadi milik mitra, yang hanya diwajibkan untuk membeli bahan baku dari pusat. Model ini, dikombinasikan dengan paket investasi yang sangat rendah (mulai dari Rp 17 juta), menghilangkan hambatan finansial bagi banyak calon wirausahawan dan menjadi mesin pendorong ekspansi mereka yang luar biasa cepat.

17. Ayam Gepuk Pak Gembus (Indonesia)

Merek ini adalah pelopor yang berhasil mempopulerkan dan menskalakan hidangan “ayam geprek” (ayam goreng yang diulek dengan sambal). Dari awal yang sederhana pada tahun 2013, Ayam Gepuk Pak Gembus telah berkembang menjadi lebih dari 700 gerai di seluruh Indonesia dan bahkan telah berekspansi ke Malaysia. Pertumbuhan mereka menunjukkan kekuatan dari spesialisasi pada satu produk yang sangat dicintai.

Menu andalan mereka adalah Ayam Gepuk yang disajikan dengan sambal bawang khas yang tingkat kepedasannya dapat disesuaikan. Keunikan sambal mereka, yang dibuat segar di tempat, menjadi daya tarik utama dan pembeda yang kuat dari pesaing.

Inovasi Ayam Gepuk Pak Gembus adalah mengambil hidangan jalanan yang populer dan mengubahnya menjadi sistem waralaba yang terstandarisasi dan profesional. Mereka berhasil menciptakan pengalaman makan yang konsisten di ratusan lokasi. Kemampuan mereka untuk fokus pada satu hidangan inti dan mengeksekusinya dengan sangat baik adalah kunci keberhasilan mereka dalam membangun merek yang kuat dan mudah dikenali.

18. Richeese Factory (Indonesia)

Richeese Factory, bagian dari Nabati Group, telah menciptakan ceruk pasar yang unik di Indonesia dengan pertumbuhan yang masif, mencapai 238 gerai di Indonesia dan Malaysia. Pertumbuhan mereka didorong oleh inovasi produk yang sangat berani dan berhasil menciptakan tren kuliner baru di negara tersebut.

Menu paling fenomenal mereka adalah Fire Chicken, ayam goreng pedas yang disajikan dengan saus keju cocol yang khas. Kombinasi rasa pedas yang membara dengan saus keju yang gurih dan lembut menciptakan pengalaman rasa yang membuat ketagihan dan sangat populer di kalangan anak muda.

Inovasi Richeese Factory adalah pada keberanian mereka untuk memadukan rasa yang tampaknya tidak biasa: pedas dan keju. Mereka tidak hanya mengikuti tren, tetapi menciptakannya. Dengan memahami kecintaan konsumen Indonesia pada rasa pedas dan keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru, mereka berhasil mengembangkan produk pahlawan yang sangat kuat dan menjadi viral, yang kemudian menjadi mesin utama pertumbuhan bisnis mereka.

19. Yasaka Fried Chicken (Indonesia)

Yasaka adalah pemain utama lainnya dalam kategori waralaba gerobak di Indonesia, dengan lebih dari 2.100 gerai di seluruh negeri. Didirikan oleh PT Cipta Aneka Selera, Yasaka berhasil membangun jaringan yang luas dengan menawarkan model kemitraan yang terjangkau dan menarik bagi pengusaha pemula.

Menu mereka berfokus pada ayam goreng klasik yang renyah, tetapi mereka juga berinovasi dengan menawarkan varian modern seperti Rice Bowl dengan berbagai saus (Spicy, Mentai, Buldak) dan Ayam Bakar Fire untuk menarik selera konsumen yang lebih muda dan beragam.

Inovasi Yasaka terletak pada kemampuannya untuk menggabungkan model bisnis gerobak yang efisien dengan diversifikasi menu yang cerdas. Sementara banyak pesaing di segmen ini tetap berpegang pada menu dasar, Yasaka secara proaktif memperkenalkan produk-produk yang sedang tren seperti saus mentai dan buldak khas Korea. Ini memungkinkan mereka untuk tetap relevan dan kompetitif, menarik demografi yang lebih luas sambil tetap mempertahankan harga yang terjangkau.

20. Mang Inasal (Filipina)

Sebagai bagian dari Jollibee Group, Mang Inasal telah diakui sebagai salah satu dari 10 merek makanan teratas di Asia Tenggara. Pertumbuhan mereka didorong oleh posisi unik mereka di pasar, menawarkan alternatif dari ayam goreng yang ada di mana-mana. Mereka berhasil membangun merek yang kuat di sekitar hidangan Filipina yang otentik.

Menu andalan mereka adalah Chicken Inasal, ayam panggang khas Filipina yang dimarinasi dengan campuran serai, cuka, bawang putih, dan jahe, memberikan rasa yang khas dan aromatik. Disajikan dengan nasi tanpa batas (unlimited rice), menu ini sangat populer dan menawarkan nilai yang luar biasa bagi pelanggan.

Inovasi Mang Inasal adalah pada kemampuannya untuk mengangkat hidangan tradisional Filipina ke dalam format QSR yang sukses secara komersial. Alih-alih bersaing langsung di pasar ayam goreng yang jenuh, mereka menciptakan kategori mereka sendiri. Dengan fokus pada rasa otentik dan proposisi nilai yang kuat (unlimited rice), mereka berhasil membangun loyalitas merek yang mendalam dan menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap kuliner Filipina.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *