Menu Close

Berapa Banyak Franchise yang Profitable? Studi Mendalam dalam Konteks Indonesia dan Dunia

Franchise di Indonesia

Bisnis franchise telah menjadi salah satu model usaha yang paling diminati di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Dengan janji sistem yang sudah teruji, dukungan dari pemilik merek (franchisor), serta peluang untuk memanfaatkan kekuatan brand yang sudah dikenal, franchise tampak sebagai jalan pintas menuju kesuksesan bisnis. Namun, di balik popularitasnya, muncul pertanyaan mendasar: sebenarnya, berapa banyak franchise yang benar-benar profitable? Apakah model bisnis ini memang menawarkan peluang keuntungan yang lebih besar dibandingkan membangun usaha sendiri dari nol?

Artikel ini akan membahas secara komprehensif tingkat profitabilitas franchise, dengan menyoroti data dan fakta dari Indonesia serta membandingkannya dengan tren global. Selain itu, akan dibahas pula faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan franchise, contoh kasus sukses dan gagal, serta peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku usaha franchise di Indonesia. Di bagian akhir, akan disinggung secara singkat inovasi franchise mobile food cart R Cart dari Ralali sebagai gambaran tren terbaru di industri ini.


Realitas Profitabilitas Franchise: Tidak Ada Angka Pasti

Statistik Global dan Nasional

Salah satu tantangan utama dalam menilai profitabilitas franchise adalah tidak adanya angka pasti yang berlaku secara universal. Berbagai riset di dunia menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan dan profitabilitas franchise sangat bervariasi, tergantung pada banyak faktor seperti jenis industri, lokasi, kekuatan merek, manajemen, dan kondisi pasar.

Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), hanya sekitar 10% franchise yang bisa terus bertahan dan meraup kesuksesan. Ini berarti, sekitar 90% franchise di Indonesia mengalami kesulitan atau tidak berhasil mencapai profitabilitas yang diharapkan. Angka ini cukup mencengangkan, mengingat banyak orang menganggap franchise sebagai model bisnis yang lebih aman dibandingkan usaha mandiri .

Di Amerika Serikat, data menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan franchise dalam satu tahun pertama 6,3% lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan independen. Hal ini menandakan bahwa franchise memang memiliki peluang sukses yang lebih besar di tahun-tahun awal, meskipun tidak menjamin profitabilitas jangka panjang .

Sebuah studi internasional juga mengungkapkan bahwa 80% dari franchise adalah merek lokal atau regional, sementara hanya 16% yang merupakan franchise global atau nasional. Fakta ini mengindikasikan bahwa franchise lokal memiliki peluang yang cukup besar untuk berhasil, terutama jika mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar setempat .


Dinamika Industri Franchise di Indonesia

Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi

Industri franchise di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Pada tahun 2023, sektor foodservice (termasuk franchise) mencatat penjualan sebesar $48,73 miliar dan diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 13,42% hingga mencapai $103,76 miliar pada 2029 . Sektor makanan dan minuman (F&B) mendominasi pasar franchise, menyumbang lebih dari 63% dari total franchise yang terdaftar .

Franchise internasional seperti McDonald’s, KFC, Pizza Hut, dan Starbucks telah lama menguasai pasar, namun dalam beberapa tahun terakhir, franchise lokal seperti Mixue, Kebab Turki Baba Rafi, dan Es Teler 77 juga menunjukkan pertumbuhan pesat. Keberhasilan mereka didorong oleh kemampuan beradaptasi dengan selera lokal, inovasi produk, dan strategi pemasaran yang efektif .

Regulasi dan Dukungan Pemerintah

Pemerintah Indonesia terus memperkuat regulasi franchise melalui Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2024 (GR 35/2024), yang menekankan pentingnya profitabilitas, sistem bisnis tertulis, dan dukungan berkelanjutan dari franchisor. Setiap franchise harus memiliki sertifikat pendaftaran (STPW) yang kini berlaku tanpa batas waktu, memudahkan ekspansi dan kepastian hukum bagi pelaku usaha .

Selain itu, pemerintah mendorong penggunaan produk lokal dan kemitraan dengan UMKM sebagai bagian dari strategi pengembangan ekonomi nasional . Hal ini membuka peluang bagi franchise lokal untuk tumbuh dan bersaing dengan merek internasional.


Faktor-Faktor Penentu Profitabilitas Franchise

1. Kekuatan Brand dan Model Bisnis

Franchise dengan brand yang kuat dan model bisnis yang sudah teruji, seperti Mixue atau Alfamart, cenderung lebih mudah menarik pelanggan dan mempertahankan profitabilitas. Brand recognition memberikan kepercayaan kepada konsumen dan memudahkan penetrasi pasar .

2. Lokasi dan Permintaan Pasar

Lokasi strategis adalah kunci utama dalam bisnis franchise. Franchise yang beroperasi di area dengan lalu lintas tinggi dan permintaan pasar yang kuat memiliki peluang lebih besar untuk sukses. Sebaliknya, lokasi yang kurang strategis dapat menghambat pertumbuhan dan profitabilitas .

3. Dukungan Franchisor

Pelatihan, dukungan pemasaran, dan sistem operasional yang solid dari franchisor sangat menentukan keberhasilan franchisee. Franchise yang memberikan pelatihan komprehensif dan dukungan berkelanjutan cenderung memiliki tingkat kegagalan lebih rendah .

4. Adaptasi dengan Pasar Lokal

Franchise yang mampu menyesuaikan produk dan layanan dengan selera lokal lebih mudah diterima pasar. Contohnya, Mixue yang menyesuaikan menu dan harga dengan daya beli masyarakat Indonesia, atau franchise makanan cepat saji yang menawarkan menu khusus sesuai budaya lokal .

5. Biaya Investasi dan Operasional

Franchise dengan biaya awal dan operasional yang efisien menawarkan risiko lebih rendah dan potensi profitabilitas lebih tinggi dibanding franchise dengan investasi besar dan overhead tinggi. Model bisnis seperti mobile food cart menjadi semakin populer karena efisiensi biaya dan fleksibilitasnya .

6. Hubungan Franchisor-Franchisee

Hubungan yang sehat dan kooperatif antara franchisor dan franchisee dapat meningkatkan komunikasi, dukungan, dan keselarasan tujuan, yang pada akhirnya berdampak positif pada profitabilitas .


Studi Kasus: Franchise Sukses dan Gagal di Indonesia

Mixue: Kisah Sukses Franchise F&B

Mixue, franchise es krim asal Tiongkok, menjadi fenomena di Indonesia dengan ekspansi lebih dari 1.000 outlet dalam waktu singkat. Kunci sukses Mixue adalah harga terjangkau, produk inovatif, dan strategi ekspansi agresif ke kota-kota kecil dan menengah. Mixue juga dikenal mampu mengisi ruang ritel kosong, sehingga dijuluki “Angel of Empty Shophouses” .

Tantangan Franchise Asing

Sebaliknya, banyak franchise asing yang gagal bertahan di Indonesia karena kurangnya adaptasi dengan budaya lokal, harga yang tidak kompetitif, atau masalah operasional. Rata-rata pertumbuhan franchise asing hanya 12-13% per tahun, dengan tingkat kegagalan 2-3%. Faktor utama kegagalan adalah riset pasar yang kurang matang dan ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan preferensi konsumen Indonesia .

Faktor Kegagalan Franchise

Beberapa faktor yang sering menyebabkan kegagalan franchise di Indonesia antara lain:

  • Kurangnya adaptasi produk dengan selera lokal.
  • Lokasi yang tidak strategis.
  • Manajemen keuangan yang buruk.
  • Minimnya dukungan dari franchisor.
  • Ketidakmampuan bersaing dengan merek lokal yang lebih memahami pasar .

Perbandingan dengan Tren Franchise Global

Amerika Serikat: Pasar Franchise yang Matang

Di Amerika Serikat, franchise merupakan bagian penting dari ekonomi, dengan output mencapai lebih dari $800 miliar dan mendukung lebih dari 8 juta pekerjaan pada 2024 . Franchise di AS tumbuh 5% per tahun, lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, pasar yang sudah sangat matang menyebabkan persaingan ketat dan margin keuntungan yang cenderung stabil, bahkan menurun di beberapa sektor .

Tingkat kegagalan franchise di AS lebih rendah dibanding bisnis independen, dengan rata-rata tingkat penutupan hanya 3,9% di tahun pertama, sementara bisnis independen mencapai 20,4% . Namun, profitabilitas tetap sangat bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi, manajemen, dan kekuatan brand.

Asia: Peluang di Pasar Berkembang

Di Asia, franchise berkembang pesat karena pasar yang masih relatif terbuka dan permintaan konsumen yang terus meningkat. Negara-negara seperti China, Jepang, dan Singapura menjadi target ekspansi franchise internasional karena potensi pertumbuhan dan tingkat persaingan yang masih moderat .

Franchise di Asia cenderung lebih profitable karena:

  • Pasar yang belum jenuh.
  • Konsumen yang semakin terbuka terhadap merek internasional.
  • Dukungan pemerintah terhadap investasi asing dan pengembangan UMKM .

Peluang dan Tantangan Franchise di Indonesia

Peluang

  • Pertumbuhan Kelas Menengah: Meningkatnya pendapatan dan gaya hidup urban mendorong permintaan terhadap produk dan layanan franchise, terutama di sektor F&B dan ritel .
  • Regulasi yang Mendukung: Pemerintah terus memperbaiki regulasi untuk memudahkan ekspansi franchise dan mendorong penggunaan produk lokal .
  • Inovasi Model Bisnis: Munculnya model franchise baru seperti mobile food cart, cloud kitchen, dan digital franchise membuka peluang bagi pelaku usaha dengan modal terbatas .

Tantangan

  • Persaingan Ketat: Banyaknya pemain di sektor F&B dan ritel membuat persaingan semakin sengit, sehingga inovasi dan diferensiasi menjadi kunci sukses.
  • Fluktuasi Ekonomi: Ketidakstabilan nilai tukar dan inflasi dapat memengaruhi biaya operasional dan daya beli konsumen.
  • Adaptasi Teknologi: Franchise yang lambat mengadopsi teknologi digital dan cashless payment berisiko tertinggal dari pesaing .

Penutup: Pentingnya Riset dan Adaptasi

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada angka pasti yang bisa menjamin profitabilitas franchise. Data dari AFI menunjukkan hanya 10% franchise di Indonesia yang benar-benar bertahan dan sukses, namun franchise besar dengan brand kuat di Indonesia mampu mencapai tingkat profitabilitas hingga 90%. Di tingkat global, franchise memang menawarkan peluang sukses yang lebih tinggi dibanding bisnis independen, namun tetap membutuhkan strategi yang matang, adaptasi dengan pasar lokal, dan dukungan franchisor yang solid.

Bagi calon investor, melakukan riset mendalam, memahami faktor-faktor penentu profitabilitas, dan memilih franchise yang sesuai dengan kebutuhan serta tren pasar adalah langkah wajib sebelum berinvestasi. Franchise bukanlah jaminan sukses instan, namun dengan pendekatan yang tepat, peluang untuk meraih profitabilitas tetap terbuka lebar.

Inovasi Franchise: R Cart dari Ralali

Sebagai penutup, inovasi franchise mobile food cart seperti R Cart dari Ralali menjadi contoh tren terbaru di industri franchise Indonesia. R Cart menawarkan konsep kuliner modern berbasis sepeda listrik yang ramah lingkungan, dengan mobilitas tinggi untuk menjangkau berbagai lokasi strategis seperti perkantoran, kampus, dan event komunitas. Dengan biaya operasional yang efisien, integrasi teknologi digital, dan fokus pada sustainability, R Cart menjadi solusi kuliner masa kini yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan konsumen urban Indonesia. Model seperti ini menunjukkan bahwa peluang profitabilitas franchise akan semakin besar jika didukung inovasi, efisiensi, dan adaptasi terhadap tren pasar.


Dengan demikian, franchise tetap menjadi salah satu pilihan bisnis yang menarik di Indonesia, asalkan pelaku usaha mampu membaca peluang, beradaptasi, dan terus berinovasi sesuai kebutuhan zaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *