Perencanaan menu yang baik merupakan salah satu kunci untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat, terutama dalam konteks Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan oleh Badan Gizi Nasional. Program ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, khususnya bagi anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui. Dalam menghadapi tantangan malnutrisi yang masih tinggi di Indonesia, perencanaan menu yang tepat dan terstruktur menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap individu mendapatkan asupan gizi yang memadai.
Baca juga :
Mengenal Program Mitra Dapur BGN
Siapa Sebenarnya Sasaran Program Makan Bergizi Gratis ?
Dalam konteks ini, perencanaan menu MBG tidak hanya berfokus pada penyediaan makanan, tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan gizi yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini mencakup pemilihan bahan makanan yang bergizi, pengolahan yang aman, serta penyajian yang menarik dan sesuai dengan selera masyarakat. Dengan demikian, perencanaan menu yang baik dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
Prinsip Dasar Perencanaan Menu MBG
1. Kecukupan Gizi
Perencanaan menu MBG harus memenuhi kebutuhan gizi harian yang sesuai dengan kelompok usia dan kondisi kesehatan penerima manfaat. Untuk sarapan, menu harus mencakup 20-25% dari kebutuhan gizi harian, sedangkan untuk makan siang, menu harus mencakup 30-35% dari kebutuhan gizi harian. Hal ini penting untuk memastikan bahwa setiap individu mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Baca Juga : Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk MBG
2. Penggunaan Bahan Pangan Lokal
Program MBG mendorong penggunaan bahan pangan lokal yang sudah dikenal oleh masyarakat setempat. Pendekatan ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan lokal tetapi juga meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap makanan yang disajikan. Dengan menggunakan bahan pangan lokal, program ini juga berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal.
3. Keamanan dan Higienitas Pangan
Keamanan pangan adalah prioritas utama dalam perencanaan menu MBG. Semua bahan makanan harus berasal dari sumber yang aman dan proses persiapan harus mengikuti standar sanitasi yang ketat. Hal ini penting untuk mencegah risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh makanan yang tidak higienis.
4. Pertimbangan Khusus
Perencanaan menu juga harus mempertimbangkan kebutuhan khusus dari penerima manfaat, seperti alergi makanan atau intoleransi. Tim perencana menu harus menyediakan alternatif yang sesuai untuk memastikan bahwa setiap individu mendapatkan asupan gizi yang memadai tanpa risiko kesehatan.
Langkah-langkah Perencanaan Menu MBG
1. Pengembangan Menu Induk Mingguan
Tim gizi harus mengembangkan menu induk mingguan yang mencakup spesifikasi jenis makanan, frekuensi penyajian, ukuran porsi, dan alokasi anggaran. Menu ini akan menjadi panduan dasar untuk pelaksanaan program dan harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi penerima manfaat.
2. Perhitungan Nilai Gizi
Setiap menu yang direncanakan harus melalui proses perhitungan nilai gizi untuk memastikan kesesuaian dengan standar yang ditetapkan. Perhitungan ini mencakup kandungan makronutrien dan mikronutrien yang diperlukan oleh kelompok sasaran.
3. Pemilihan Bahan Pangan
Bahan pangan harus dipilih berdasarkan ketersediaan, biaya, dan nilai gizi. Penggunaan bahan pangan yang difortifikasi, seperti garam beryodium dan tepung terigu fortifikasi, menjadi keharusan dalam program ini untuk meningkatkan kualitas gizi makanan yang disajikan.
4. Variasi Menu
Untuk menghindari kebosanan dan memastikan asupan gizi yang beragam, menu harus dirancang dengan variasi yang memadai. Tim perencana menu harus memastikan rotasi yang baik antara berbagai kelompok makanan agar penerima manfaat tidak merasa jenuh.

Implementasi dan Pemantauan
Dalam pelaksanaannya, makanan harus dipersiapkan 4-6 jam sebelum waktu konsumsi untuk menjaga kesegaran. Distribusi dilakukan menggunakan wadah yang higienis dan disampaikan ke sekolah atau pusat komunitas dalam radius 20 menit dari lokasi persiapan. Tim gizi dalam Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) harus berkoordinasi secara efektif untuk mencegah kelangkaan bahan makanan tertentu dan memastikan distribusi sumber daya yang merata.
Prinsip-Prinsip Penting dalam Perencanaan dan Penyajian Menu Program MBG
Pemenuhan Kebutuhan Gizi Sesuai Kelompok Usia
- Program menyediakan porsi makanan yang memenuhi 20-25% kebutuhan gizi harian untuk sarapan dan 30-35% untuk makan siang.
- Standar gizi disesuaikan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28 Tahun 2019.
Kesesuaian dengan Anggaran
Anggaran dialokasikan sebesar Rp 15,000 per orang per hari, yang terdiri dari:
- Bahan baku: Rp 8,000-10,000 (disesuaikan dengan kelompok usia)
- Biaya operasional: Rp 3,000
- Biaya sewa: Rp 2,000.
Penggunaan Pangan Lokal dan Familiar
- Program menekankan penggunaan bahan pangan lokal melalui kerjasama dengan produsen setempat, koperasi, kelompok tani, dan nelayan.
- Menu dirancang menggunakan bahan makanan yang sudah dikenal oleh penerima manfaat.
Pembentukan Kebiasaan Makan Sehat
- Program mencakup komponen edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang makanan bergizi dan pola makan seimbang.
- Mengenalkan berbagai jenis makanan sehat sejak dini melalui variasi menu.
Standar Keamanan Pangan dan Higiene
- Menerapkan Five Keys to Food Safety dari WHO.
- Mengimplementasikan Good Manufacturing Practices (GMP).
- Menjaga kebersihan area persiapan makanan dan peralatan.
Penanganan Alergi dan Intoleransi
- Program mengidentifikasi penerima manfaat dengan alergi atau intoleransi makanan.
- Menyediakan menu alternatif yang tetap memenuhi standar gizi.
- Staf mendapat pelatihan khusus untuk menangani kebutuhan diet khusus.
Pertimbangan Preferensi Makanan
- Memperhatikan kesukaan dan ketidaksukaan anak terhadap makanan.
- Menyesuaikan menu dengan preferensi lokal sambil tetap memenuhi standar gizi.
Kesesuaian Porsi
- Porsi makanan disesuaikan dengan perencanaan menu dan kebutuhan gizi per kelompok usia.
- Menggunakan panduan visual dan tabel porsi untuk standardisasi penyajian.
Penggunaan Bahan Pangan Terfortifikasi
Wajib menggunakan:
- Tepung terigu terfortifikasi.
- Minyak kelapa sawit kemasan terfortifikasi.
- Garam beryodium.
- Beras terfortifikasi (jika tersedia).
Koordinasi Pengadaan Bahan Pangan
SPPG dalam satu wilayah berkoordinasi untuk menentukan bahan pangan dan menu.
Mencegah kelangkaan bahan pangan melalui perencanaan siklus menu yang terkoordinasi.
Melibatkan BUMDes dan koperasi dalam rantai pasok.
Semua poin ini merupakan bagian integral dari panduan teknis Program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk memastikan keberhasilan program dalam memberikan layanan gizi yang optimal kepada penerima manfaat.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan inisiatif strategis yang berkontribusi pada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas di Indonesia. Melalui perencanaan menu yang cermat dan implementasi yang efektif, program ini tidak hanya mengatasi masalah malnutrisi tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan memperkuat ketahanan pangan masyarakat.
Keberhasilan program ini akan memberikan dampak jangka panjang pada kesehatan dan produktivitas generasi mendatang. Oleh karena itu, dukungan dan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, sangat penting untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas program MBG. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera.