Dalam satu tahun terakhir, Almaz Fried Chicken menjadi salah satu topik yang paling banyak dicari di ranah kuliner Indonesia. Data pencarian Google menunjukkan lonjakan luar biasa, dari hampir nihil pada pertengahan 2024 menjadi lebih dari 135.000 pencarian pada Maret 2025. Rata-rata pencarian bulanan kini mencapai 49.500, dengan pertumbuhan tiga bulan terakhir sebesar +23%. Fenomena ini menandai Almaz Fried Chicken sebagai pemain baru yang langsung mendapat perhatian besar. Apa yang membuat brand ini begitu menarik dan mengapa pencariannya meroket? Artikel ini akan membahas profil Almaz Fried Chicken, faktor pendorong kenaikan pencariannya, serta kemungkinan kaitannya dengan boikot terhadap kompetitor global.
Baca juga :
Nasi Mandhi semakin terkenal, karena video viral ?
Kenaikan Pencarian 11,471% Sedari Coffee di Bogor – Karena Photoboth ?
Fenomena Kenaikan Pencarian 400% “Nasi Belek” di Google

Profil Singkat Almaz Fried Chicken
Almaz Fried Chicken didirikan oleh Okta Wirawan pada 14 Juni 2024, bertepatan dengan ulang tahun mendiang ibunya. Brand ini berada di bawah naungan PT ABINDO, yang juga menaungi Nasi Kebuli Abuya. Outlet pertamanya dibuka di Bekasi Barat, dan hanya dalam waktu kurang dari setahun, Almaz Fried Chicken telah berkembang pesat dengan lebih dari 70 outlet di berbagai kota besar seperti Jabodetabek, Palembang, dan Tangerang.
Keunikan utama Almaz Fried Chicken terletak pada resep ayam gorengnya yang menggunakan rempah khas Saudi, menghadirkan cita rasa yang mirip dengan ayam Albaik yang terkenal di Timur Tengah. Menu favorit meliputi ayam goreng dengan garlic sauce, sambal, nasi briyani, serta minuman spesial seperti susu kurma. Harga yang ditawarkan juga sangat bersaing, mulai dari Rp18.000 per porsi.
Selain mengedepankan rasa, Almaz juga memiliki misi sosial yang kuat. Sebanyak 5% dari keuntungan disalurkan untuk membantu Palestina, serta program amal lain seperti pembagian makanan gratis dan bantuan untuk keluarga kurang mampu. Komitmen sosial ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama di tengah masyarakat Indonesia yang sangat peduli pada isu kemanusiaan dan solidaritas terhadap Palestina.
Lonjakan Pencarian: Data dan Analisis
Grafik Pertumbuhan Pencarian
Berdasarkan grafik pencarian, lonjakan terjadi mulai Agustus 2024 dengan pertumbuhan mencapai +135.400% dibanding bulan sebelumnya. Pada Desember 2024, pencarian mencapai 90.500, dan terus naik hingga 135.000 pada Maret 2025. Kenaikan ini konsisten dan signifikan, baik di perangkat desktop maupun mobile.
. Boikot ini dipicu oleh sentimen pro-Palestina yang menguat di Indonesia, didukung oleh gerakan masyarakat sipil dan tokoh agama. Akibatnya, penjualan dan kinerja keuangan brand-brand tersebut menurun drastis, bahkan beberapa gerai terpaksa tutup.
Almaz Fried Chicken Sebagai Alternatif Lokal
Fenomena boikot ini membuka peluang besar bagi brand lokal seperti Almaz Fried Chicken. Banyak konsumen yang sebelumnya loyal pada produk global kini mencari alternatif yang dianggap lebih bersih secara afiliasi dan memiliki nilai sosial. Almaz secara eksplisit memposisikan diri sebagai brand pro-Palestina dan menonjolkan donasi untuk Palestina dalam setiap narasi pemasaran.
Efek domino dari boikot ini sangat terasa. Konsumen tidak hanya mencari rasa, tetapi juga ingin memastikan uang mereka tidak mendukung pihak yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan yang mereka anut. Almaz Fried Chicken, dengan misi sosial dan narasi keislaman yang kuat, menjadi pilihan utama bagi segmen konsumen ini.

Selain Almaz Fried Chicken, terdapat kompetitor lokal lain yang juga menawarkan konsep dan value brand serupa, yaitu Al Baik. Brand ini dikenal dengan sajian ayam goreng bergaya Timur Tengah yang juga menonjolkan kehalalan produknya. Namun, dari sisi popularitas di mesin pencari, Al Baik masih tertinggal dibandingkan Almaz. Berdasarkan data terbaru, total volume pencarian bulanan untuk berbagai kata kunci terkait Al Baik seperti “al baik” (33.100), “ayam albaik” (2.900), “menu albaik” (1.600), “albaik terdekat” (1.000), dan beberapa variasi lainnya, jika dijumlahkan hanya mencapai sekitar 39.000 pencarian per bulan. Sementara itu, Almaz Fried Chicken telah mencatat lonjakan pencarian hingga 135.000 per bulan, sehingga selisih ketertinggalan Al Baik mencapai sekitar 96.000 pencarian.
Salah satu faktor utama yang mendorong Almaz memimpin adalah strategi promosi yang masif serta narasi sosial yang kuat, khususnya komitmen untuk menyalurkan sebagian keuntungan bagi Palestina. Nilai tambah ini sangat resonan di tengah tingginya solidaritas masyarakat terhadap isu Palestina, sehingga mendorong konsumen untuk memilih Almaz sebagai bentuk dukungan nyata. Sementara Al Baik meskipun menawarkan produk serupa, belum memiliki narasi sosial sekuat Almaz dan strategi pemasaran yang sebesar, sehingga awareness dan search volume-nya masih tertinggal
Efek Viral dan Perubahan Preferensi Konsumen
Efek viral di media sosial, didorong oleh narasi solidaritas dan kontribusi sosial, mempercepat adopsi brand ini di pasar mainstream. Banyak testimoni menyebutkan bahwa mereka beralih ke Almaz karena ingin mendukung sesama Muslim dan berkontribusi pada perjuangan Palestina, selain karena kualitas rasa yang memang diapresiasi.
Kenaikan pencarian Almaz Fried Chicken adalah cerminan perubahan preferensi konsumen Indonesia yang kini semakin sadar akan isu kemanusiaan dan afiliasi brand. Dengan strategi ekspansi agresif, rasa otentik, harga terjangkau, dan misi sosial yang kuat, Almaz Fried Chicken berhasil meraih hati masyarakat dan menjadi fenomena baru di industri kuliner cepat saji Indonesia.
Efek boikot terhadap kompetitor global menjadi katalis penting, namun keberhasilan Almaz juga ditopang oleh inovasi produk dan narasi sosial yang relevan dengan nilai-nilai masyarakat Indonesia saat ini. Almaz Fried Chicken bukan sekadar ayam goreng, tetapi juga simbol pergeseran selera, solidaritas, dan harapan baru bagi industri makanan cepat saji lokal.